Sepintas produk dengan skema warna gelap dalam packaging design diatas mengherankan saya atau mungkin Anda. Dengan banyak botol yang dipajang, teks Kahf menjadi penonjol visual. Setelah saya melirik teks yang cukup terbaca, yaitu "Eau de Toilette", ini produk perawatan tubuh pria.
Penamaan brand terkesan maskulin dan islami yang bisa merepresentasikan kebutuhan pria.
"Produknya ada facial wash, beard care, deodorant, hair & body wash, dan eau de toilette (EDT). Lima kategori ini peruntukannya jelas berbeda tergantung dengan kebutuhan kita," imbuh Head of Kahf Research & Development kepada Wolipop Detikcom.
Beard Care (penumbuh janggut) adalah produk khas mencerminkan target yang secara khusus dibidik oleh Paragon, yaitu pria muslim.
Kahf merupakan perusahaan yang satu keluarga dengan Wardah. Satu holding di Paragon. Maka Paragon menaungi 4 brand, salah satunya adalah Kahf.
Menjadi pertanyaan fundamental, mengapa tidak meluncurkan Wardah for Men saja, toh sudah kuat brand nya, tinggal bikin segmen pria. Tapi pilihan itu tidak dilakukan.
Simak Ustadz Rendy Saputra yang menulis dalam grup WA URS BizNotes dengan judul Multi Brand, Satu Holding mengenai Kahf ini.
Yang dibangun adalah brand mandiri yang berdiri tegak sendiri. Kahf. Simple. Kesannya gak ribet. Dan warna nya cowok banget.
Kahf ini nama surah dalam Al Quran. Surah ke 18, artinya gua. Kisah pemuda kahfi yang sembunyi di gua dan tertidur ratusan tahun karena menjaga iman, ada di surah ini. Pemuda yang memilih jalannya sendiri, tidak mau ikut trend kemusyrikan, punya identitas sendiri, lalu sembunyi di gua. Kahfi, kahf, diserap kedalam bahasa Inggris jadi cave.
Identitas brand ini kuat melekat di pria. Iklan-iklan Kahf selalu tampilkan pria yang motoran sendirian, punya hidupnya sendiri, lalu pakai Kahf. Cowok banget.
Beda dengan iklan Wardah yang terasa banget sisterhood nya. Muslimah ramai-ramai nge gangs dan warna warni, pakai Wardah. Itulah ruh brand kosmetik perempuan.
Maka menyerang segmen pria gak bisa pakai ruh segmen wanita. Pilihan Paragon untuk melahirkan brand yang cowok banget, nusuk ke jantung para pria. InsyaAllah laris.
*
Satu perusahaan, banyak brand. Itu bener kalo niatnya terkait penetrasi lintas segmen.
Garuda ya Garuda, gak bikin Garuda sub flight murah. Garuda Indonesia tetap pada marwah nya sebagai maskapai full services.
Maka lahirlah Citilink, dengan ke khasannya, yang digadang-gadang menjadi layanan penetrasi kelas segmen low cost carrier.
Kejadiannya multi brand, tapi memang serang segala segmen.
Salah kaprahnya dunia persilatan bisnis ini, lahirlah multi brand dalam satu perusahaan dengan pendekatan saling subtitusi, saling mengganti, saling estafet nafas pendek.
Dibangun Brand A di tahun 1, lalu Brand B di tahun 2, dimana di tahun 1 Brand A mati. Lalu brand B naik, lanjut lagi Brand C, terus menerus begitu.
Praktek sambung nafas lintas brand seperti cara main cari korban baru. Siapalagi korban baru yang kemakan brand baru, setelah itu kecewa, turun, tutup dan bikin lagi baru.
**
Ada Pizza Hut Restaurant, ada Pizza Hut Delivery. Ada PHR, ada PHD, keduanya menyerang segmen yang berbeda, punya kualitas rasa yang berbeda, dan harga yang berbeda.
PHR kualitasnya tinggi, harga relatif lebih mahal dari PHD, targetnya dominan dine in dan full service ke customer.
Sementara PHD pakai ruko-ruko di pemukiman. Targetnya layani cluster pemukiman dengan cepat. Produknya simple, easy to make, instant, dan terjangkau dari segi harga.
Belum lagi Pizza Hut Express, nanti bentuknya outlet-outlet kecil di maal, atau di pojokan jalan, lebih massive lagi, walau belum terlalu spread untuk PHE. Tapi setidaknya akan ada 3 brand.
***
Itu spiritnya. Boleh bangun banyak brand, silahkan, ikhtiarkan semuanya hidup sehat dengan masing-masing jodoh segmen nya. Jangan saling mematikan, walau boleh-boleh saja membangun brand baru untuk mematikan yang lama. Sah sah saja. Namanya juga jualan.
Menutup tulisannya, pria ustadz yang dijuluki URS menasehati, "Intinya jangan cuma brand baru korban baru, brand baru lalu kekecewaan berikutnya. Jangan sampai."
"Gak maksud nyinggung siapa-siapa. Cuma nulis lintasan fikiran. Meriwayatkan apa yang ada di hati dan fikiran." imbuhnya.
0 komentar